30 July, 2007

Makhluk Setengah Manusia Setengah Binatang Pernah Eksis di Bumi




Pernah berpikir ga sih kalo manusia setengah hewan kaya di film-film mitologi semacam Hercules, Sinbad, atau mitologi-mitologi lainnya itu emang eksis alias pernah hidup beneran bersama manusia, wuihhhh…. Gimana tuh ya, ga masuk akal ya kayanya.
Para peneliti banyak yang menemukan lukisan-lukisan atau gambar-gambar manusia setengah hewan yang diperkirakan dilukis oleh manusia jaman batu. Pada tahun 2006 lalu di Australia pernah ditemukan lukisan gua yang berasal dari zaman batu, bergambar sejumlah makhluk setengah manusia setengah binatang. Menurut arkeolog, gambar-gambar itu adalah sketsa pelukis zaman purbakala.
Menurut laporan Trust, pakar peneliti dari museum Sydney, Australia, Paul Thacon dan Christoper G, pakar antropologi dari Universitas Cambridge, bukan saja menemukan lukisan manusia berkepala binatang, bahkan lukisan binatang berkepala manusia yang berumur 32.000 tahun di Australia dan Afrika Selatan, dan untuk pertama kalinya di dunia dilakukan penelitian yang cermat terhadap gambar-gambar yang ganjil itu.
Para ilmuwan secara cermat telah meneliti sekitar 5.000 lukisan nenek moyang manusia, dilakukan data terhadap frekuensi kemunculan dan jenis binatang yang dijadikan obyek lukisan. Menurut mereka, pada masa awal peradaban pernah terdapat sejenis makhluk setengah manusia setengah kuda, ada kemungkinan itu adalah tetangga manusia primitif. Sebab manusia primitif tidak mungkin melukis sesuatu yang belum pernah dilihat mereka sebelumnya.
Dalam mitos bangsa Roma dan Yunani kuno cukup banyak kisah tentang manusia binatang, diantaranya yang paling banyak disinggung adalah mengenai makhluk setengah manusia setengah kuda. Makhluk jenis ini tubuh bagian atasnya adalah manusia, sedangkan pada bagian bawahnya berbentuk kuda atau lainnya seperti sapi, keledai, domba bahkan kambing atau binatang lain.



Manusia binatang juga berhubungan erat dengan pengetahuan astronomi kuno, manusia purbakala bahkan menggunakan nama species ini sebagai nama konstelasi yang diketahui seperti misalnya bintang Sagitarius. Setiap bintang Sagitarius (setengah manusia setengah kuda yang bergaya memanah) ini muncul di langit malam, bintang Taurus (salah satu simbol matahari) lalu bersembunyi dan hilang tak berbekas.
Gimana percaya ngga tuh kalo manusia setengah hewan pernah eksis atau hanya mitos saja..

20 July, 2007

Siapakah Ibunya..?

Selesai berlibur di kampung, saya harus kembali ke kota. Mengingat jalan tol yang juga padat, saya menyusuri jalan lama. Saya singgah sebentar direstoran untuk istirahat. Saat memesan makanan, seorang anak berusia kira-kira 12 tahun menghampiri saya.
“Abang mau beli kue?" Katanya sambil tersenyum. Sambil ia membuka daun penutup dagangannya . "Tidak dik....abang sudah pesan makanan," jawab saya. Dia berlalu. Begitu pesanan tiba, saya terus menikmatinya. Lebih kurang 20 menit kemudian saya melihat anak tadi menghampiri pelanggan lain, sepasang suami istri. Mereka juga menolak, dia juga berlalu.
Dia pergi, tapi cuma disekitar restoran. Sambil terus menawarkan dagangannya dengan kata-kata yang sangat santun budi bahasanya.
Pemilik restoran itupun tak merasa keberatan dia keluar masuk restorannya menemui pelanggan. Sambil memperhatikan, terbersit rasa kagum dan kasihan di hati saya melihat betapa gigihnya dia berusaha. Tidak nampak keluh kesah atau tanda-tanda putus asa dalam dirinya, sekalipun orang yang ditemuinya enggan membeli kuenya.
Setelah membayar, saya terus pergi ke mobil. Anak itu saya lihat berada agak jauh di deretan kedai yang sama. Saya buka pintu, membetulkan duduk dan menutup pintu. Belum sempat saya menghidupkan mesin, anak tadi berdiri di tepi mobil. Dia menghadiahkan sebuah senyuman. Saya turunkan cermin. Membalas senyumannya. "Abang sudah kenyang, tapi mungkin abang perlukan kue saya untuk adik-adik abang, ibu atau ayah abang," katanya sopan sekali sambil tersenyum. Dan membuka penutup dagangannya kembali.
Saya tatap wajahnya, bersih dan bersahaja. Perasaan iba saya muncul. Lantas saya buka dompet, dan mengulurkan selembar uang Rp20.000,- padanya. "Ambil ini dik! Abang sedekah ....tak usah abang beli kue itu." saya berkata ikhlas karena perasaan kasihan. Anak itu menerima uang tersebut, lantas mengucapkan terima kasih terus berjalan kembali ke kaki lima deretan kedai. Saya gembira dapat membantunya.
Setelah mesin mobil saya hidupkan. Saya memundurkan. Alangkah terperanjatnya saya melihat anak itu mengulurkan Rp 20.000,- pemberian saya itu kepada seorang pengemis yang buta kedua-dua matanya. Saya terkejut, saya hentikan mobil, memanggil anak itu. "Kenapa bang mau beli kue kah?" tanyannya.
"Kenapa adik berikan duit abang tadi pada pengemis itu? Duit itu abang berikan untuk adik!" kata saya tanpa menjawab pertanyaannya.
"Bang, saya tak bisa ambil duit itu. Emak marah kalau dia tahu saya mengemis. Kata emak kita mesti bekerja mencari nafkah karena Allah. Kalau dia tahu saya bawa duit sebanyak itu pulang, sedangkan jualan masih banyak, mak pasti marah. Kata mak mengemis kerja orang yang tak berupaya, saya masih kuat bang!" katanya begitu lancar.
Saya heran sekaligus kagum dengan pandangan hidup anak itu. Tanpa banyak soal saya terus bertanya berapa harga semua kue dalam bakul itu.
"Abang mau beli semua kah?" dia bertanya dan saya cuma mengangguk. Lidah saya kelu mau berkata. "Rp 25.000,- saja bang....." Selepas dia memasukkan satu persatu kuenya ke dalam plastik, saya ulurkan Rp 25.000,-. Dia mengucapkan terima kasih dan terus pergi. Saya perhatikan dia hingga hilang dari pandangan.
Dalam perjalanan, saya terus memikirkannya. Siapakah dia? Siapakah wanita berhati mulia yang melahirkan dan mendidiknya? Terus terang saya katakan, saya beli kuenya bukan lagi atas dasar kasihan, tetapi rasa kagum dengan sikapnya yang dapat menjadikan kerjanya suatu penghormatan. Sesungguhnya saya kagum dengan sikap anak itu. Dia menyadarkan saya, siapa kita sebenarnya.